Laman

Selasa, 31 Maret 2015

KAMPUS FIKSI 12 (bagian 1)

Kenalin, nama gue Wawan Sidik Supranowo. Salah satu peserta kampus fiksi angkatan 12 yang diadakan pada tanggal 28-29 Maret 2015 di Yogyakarta oleh Penerbit Diva Press. Untuk lebih jelas tentang Kampus Fiksi bisa dilihat di kampusfiksi.com

Bagi gue, nunggu Hari H Kampus Fiksi 12 itu kayak nungguin mantan pacar yang masih gue cintai, berharap agar doi segera putus dengan pacarnya yang saat ini. Lamaaa sekali. Sampai lupa tahun berapa dulu gue ikut seleksi. Hanya bedanya, Kampus Fiksi itu nggak PHP. Sedangkan mantan pacar gue, hanyalah asa yang tak pasti, yang hingga saat ini masih selalu ngasih harapan ke gue buat balikan.*ups malah curhat*

Mungkin agak aneh bagi teman-teman gue, jika gue punya hobi menulis cerita. Bagaimana enggak, kebanyakan kami (Mahasiswa Teknik Mesin) sudah pastinya gemar mengutak-atik mesin, suka bongkar pasang mesin (bisa bongkar tapi bingung masang lagi), dan hobi menggoda cewek-cewek fakultas sebelah. Namun, dengan sangat pede-nya gue hanya di depan laptop, diam, dan menulis aib-aib mereka…

Ragu? Jelas selalu ada. Bagi gue, keraguan itu manusiawi. Yaitu sebuah perasaan di mana gue nggak tahu mesti maju atau mundur, diam atau melangkah, yakin atau ragu itu sendiri (Lhoh, malah kayaknya lebih cocok buat deskripsiin orang ilang). Hingga pada akhirnya, Allah ngasi ketegasan buat gue lewat kakak sepupu yang kebetulan juga meluncurkan novel pertamanya di bulan April ini. Ya, gue pun ikut. 

Udah.

Di sini, gue cuma pingin berbagi sama kalian. Bahwa gue di sini punya banyak teman baru yang patut buat gue ceritakan.
1. Alfy Maghfira                                       

Namanya, Alfy Maghfira. Asalnya dari Tasikmalaya. Gue, kalau dengar Tasik atau Bandung gitu, bayangannya pasti orang ini nggak bisa marah. Duh, sayang sekali di blog nggak ada fasilitas Voice Note. Kalau bisa, gue akan buktiin bahwa orang Tasik nggak bisa marah. Saat ngomong, hampir selalu intonasi ending kalimat/kata yang mereka ucapkan, malah turun. Bahkan pada waktu marah. "Euh, Alfy mah sebel euy ama si Akang..."

2. Atika
 
"Atiikaaa...!"
"Or*o ada yang rasa jarruk lhooh...!?"
Kalau tahu nama peserta dari Yogyakarta ini, bawaannya jadi inget sebuah iklan biskuit yang dulu begitu booming. Saking booming-nya sampai-sampai dibuat meme komik banyak banget. 

3. Ayu Pinaringan Wilujeng
Sebetulnya gue agak kecewa doi udah pulang duluan. Pasalnya, doi belum masakkin Soto Lamongan buat gue (haha... abaikan). Oh iya, dia mirip banget sama pegawai TU di kampus gue. Serius. Sayangnya, Mbak Ayu ini belum jadi artis. Coba kalau udah, staf TU di kampus gue, mau gue daftarin ASPAL buat lomba mirip-miripan dengan Mbak Ayu ini.

4. Ayuningtyas Kurniawati
Asalnya dari Tulung Agung. Eh, Tulung Agung itu mana sih? Bentar, gue cari di Google dulu : Kabupaten Tulungagung adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi .Jawa Timur. Tulungagung terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil marmer terbesar di Indonesia, dan terletak terletak 154 km barat daya Kota Surabaya.
Lhoh, malah ngomongin Tulung Agung, hadeh...! Tapi nggak apa, gue juga bingung mau komentarin apa ke doi. Doi terlalu sopan untuk gue komentarin.
 
5. 


  Namanya Christopher Salim. Dia bukan seorang juara dunia Bulu Tangkis, tapi seorang penulis. Salah satu deretan penulis termuda di Kampus Fiksi 12. Gayanya yang selalu cool membuat panitia-panitia (khususnya yang cewek) Diva Press kelabakan. Bahkan saking fenomenalnya, satu kalimat saja yang keluar dari bibir brondong asal Surabaya ini, bisa membuat "guntur" di dalam ruangan.

6. Dhinar Dewi Istini
Sewajarnya dari Sukoharjo, tutur katanya sangat lembut dan hati-hati bak Putri Solo yang menggetarkan jiwa, yang gue aja belum pernah lihat (Tetot!). Nggak nyangka kalau dia seorang Guru. Pasti baik hati, tidak sombong dan rajin menabung. "Jaga kesehatan selalu ya, anak-anak...," begitu kata dia kepada murid-muridnya saat bel pulang sekolah berdentang.

7. Eka Annisa 
Cewek berkerudung merah di atas berasal dari Jakarta Selatan. Foto tersebut sepertinya hasil paparazzi. Susah lhoh, buat ndapetin fotonya. Apalagi kalau dia sedang nggak mood, woooh. Hati-hati aja sama kipas saktinya yang lebih mirip jurus "Tapak Budha" di film Kungfu Hustle. Kalau nggak percaya, liat yang foto yang ini...




 8. Fajriatun Nur Hidayati
 Asalnya dari Banjarnegara. Yaps, kondang dengan sebutan orang "ngapak". Kalau lihat foto ini, gue mbayangin kalau dia lagi nyanyi lagu Doraemon versi ngapak. 
"Nyong pingin kayak kiye, nyong pingin kaya kuwe. Pingin kiye pingin kae akeh bangeti. Kabeh, kabeh, kabehe, iso dikabulna, iso dikabulna karo kantong ajaib. Inyong ingin mabur bebas, ning awang-awang. "Hai... kitiran-kitiran Pring...!" (Gubrak)

9. Frida Kurniawati
Cewek berkacamata ini adalah salah satu Mahasiswi Teknik Fisika UGM (Yogyakarta). Semoga gue salah kalau nebak-nebak lahirnya hari Jumat (dibaca: Friday). 
Nggak nyangka, doi bisa buat cerpen yang hebat. Cerpen terbaik dalam tantangan menulis 3 jam di Kampus Fiksi 12. Dan yang membuat gue semakin terperangah, asalnya dari Juwana, Pati. Kenapa? Ya, karena di Juwana sendiri kipas angin namanya wayer. (Jeng...jeng...jeng! Nggak nyambung banget)

10. Hanif Irhamna Kuswiningtyas
 

Pada tahu nggak sih kalau gue sempat trenyuh sama si doi. Pas gue tanyain berapa nomor WhatsApp-nya. Dia jawab dengan logat khas Bandungnya yang bikin hati gue merinding. 

"Besok Neng kasih tau, ya, Akang. Soalnya, handphone Neng lagi ilang..."
Speechless...!
Eh, gue lebay banget nggak sih!?

11. Indiana Malia


Duh bingung juga nih ama satu cewek yang ngakunya lagi skripsi ini. Mau dikomentarin, tapi kayaknya buat ngomentarin dia, butuh 3 Novel Roman deh. Hobinya, kalau gue duga-duga sih paparazzi. Jeprat-jepret seenak jidat. Jidat jadut seenak jepret. 
Nah ini, nih, yang buat gue bingung setengah hidup. Status idaman doi gini, "Seneng dolan lan didolani." Kalau status tersebut di translete ke Bahasa Indonesia. Jadinya gini, "Suka main dan dimainin". Nah lhoh... gimana itu!?
12. Inraini Fitria Syah


Merupakan peserta Kampus Fiksi 12 yang paling jauh asalnya. Kayaknya bukan berasal dari bumi. Nah, kalau cewek yang ini kebalikannya dari si cewek nomor 11 barusan. Kalau doi, malah suka dipaparaziin deh kayaknya. Kadar narsisnya tingkat dewa. Dewa aja nggak senarsis itu. Tapi berkat kepedeannya itu, koreksi: berkat nggak punya malunya itu, kayaknya cuman doi peserta Kampus Fiksi 12 yang dengan sukses foto berdua sama Mas Agus Noor. 

13. Ismi Aliyah.

Aduh, gimana ya kalau si doi. "Bingung euy, cewek Sunda lagi..." 
Yang jelas, doi sukanya mandi di bawah (kamar mandi dekat parkiran). Jangan mikir macem-macem lho ya... gue tahu karena gue suka ngantri bareng doi. Ciehh...

14. Mega Kahdina. 

Gadis muda penerus Einstein ini bener-bener pinter banget. Usianya baru 18 tahun, namun udah berada di bangku kuliah semester 6. Nggak usah dibandingin ama gue. Udah jelas. 
Eh, ada satu kalimat Bang Kiki yang selalu terngiang-ngiang di otak gue kalau lagi nyeritain si Mega. 
"Bang, anterin Mega dong, Mega harus udah ada di rumah sebelum jam 7."

15. Putri Lestari


Gue nggak terlalu yakin si, tapi hati kecil ini berbisik bahwa si Putri adalah titisan Sunan Kudus. Nggak tahu nih kenapa nge-blank sama si Putri. Kayaknya doi punya ilmu yang lebih tinggi dari gue sehingga susah banget buat gue nerawang doi. Mungkin juga, salah gue kali ya, yang kurang pedekate. Yah anggep aja elu kurang beruntung, Put. Ah, apa malah beruntung ya lolos dari komentar gue!?

16. Rahmat Fadhilah
   
Cowok asal Padang ini masih kelas 1 SMA lhoh. Juga masuk jajaran brondong fenomenal di Kampus Fiksi 12. Unyu-unyu sekali. Dan sangat pemalu.
"Bang, aku tegang nih," kata si Fadhil kepada gue, sesaat sebelum Kampus Fiksi 12 hari pertama dimulai.
"Hah!?" Mata gue ngelirik ke bawah. Pikiran gue ke mana-mana.
"Maksudnya... grogi, Bang...!" Agaknya Fadhil curiga ama gerak-gerik gue. 
"Oh... ya... ya...," jawab gue sambil manggut-manggut.

  17. Rissa Pradeski

Satu-satunya hal yang langsung muncul di benak gue kalau inget gadis ini adalah Raisa. Gue nggak sanggup mbedain mereka berdua. Sungguh, namanya aja mirip. Benar-benar "Twin of the year!"

18. Rizki Maretia Novi Barus

Pertama kali gue ngobrol ama dia :
"Eh, tathering-in dong," kata dia tanpa basa-basi ke gue (Doi minta gue, buat mancarin WIfi dari Hp gue).
Gue ngutak-atik HP. "Udah."
Mulailah doi asyik mainan instagram (sedikit gue intip dari samping). 
Lama diem-dieman.  Udah kaya pasangan yang lagi ngambek-ngambekan.
"Semester berapa Riz?" tanya gue pura-pura membuka pertanyaan.
"Enam," jawabnya singkat, padat, dan nggak bertele-tele.
"Enam? Wah sama dong," jawab gue sambil tersenyum (walau gue tahu dia nggak lihat senyum gue).
Rizki memutar kepalanya secara perlahan ke arah gue. Matanya memandang sinis, dahinya mengernyit. "Nggak nanya...!"
Jleb...! Cewek dari kalangan spesies apaan doi!? Udah dibaikin, eh malah ketus amat.
Detik itu juga gue cabut dari sampingnya dan matiin HP gue. "Cieh, yang udah nggak bisa internetan," ledek gue sambil ngeloyor. 
Eh, dianya teriak sambil menjulurkan lidahnya, "Kuotaku masih banyak, wek...."
Argh...!!!

19.  Serli Evidia Sari


   Gue manggilnya Serli. Doi sungguh gadis yang unik. Bagaimana tidak, gue aja nggak sanggup buat ngebedain pipinya saat dalam kondisi biasa ataukah lagi digembungkan. Hanya sedikit curiga, doi melakukannya sepanjang waktu. Bahkan saat tersenyum. Unik bukan? Satu-satunya orang yang gue kenal di dunia ini, yang sanggup melebarkan bibir, sambil menggembungkan pipinya. Tetot!

Cieh... yang abis baca tulisan di atas terus pipinya dikempot-kempotin...


20. Tika Kurniawati 


*Abaikan foto cowok nggak jelas yang ada di belakang itu*
Tika, kuliah di Jogja, asal Ngawi. Kata doi sih. Tapi gue nggak percaya. 
"Hah, Tika Mimosa?" Gue garuk-garuk kepala padahal nggak gatel (Tika Mimosa itu nama pena doi).
"Iya, Mimosa... artinya Putri Malu...," jelas dia tanpa gue tanya. Matanya berbinar-binar. Yakin dan bangga sekali sepertinya.
"Oh...!" jawab gue singkat. Dalam hati gue, "Iya, malu-maluin...!"

21. Tri Cahyono Fahri

Nama bekennya Trice. Bukan Tince (asisten artis biasanya di FTV-FTV gitu, yang saat melambai, kelingkingnya ngetril). Ya, walau agak pas sih. Menjiwai banget. 
Jika gue diminta buat ngasih satu kata yang mewakilin Trice... "Aneh!"
Bayangin coba, asalnya dari Kudus, sekolahnya di Semarang. Eh, gue ajak ngobrol pakai Bahasa Jawa, dia nggak paham. Alasannya karena dia udah pernah kerja di Bali. Berapa lama? Setahun doang! 
Lagi, dia suka nyanyi-nyanyi sendiri. Di saat orang-orang lagi nyanyi lagu Yuhi Wo Miteruka (JKT48), eh, si dia nyanyi lagunya Raihan (Nasyid dari negara sebelah). Giliran gue ikut nyanyi Nasyid, eh dianya malah nyanyi Jepang. Brengsek!

22. Ummu Rahayu

Hal yang paling buat gue nggak lupa dari Si Ummu adalah saat dia pulang dari jalan-jalan sendiri di Malioboro. Saat itu gue lagi duduk-duduk berduaan sama Mas Dwi di tangga. Cieh yang berduaan...
Muncullah si Ummu. Dia dateng sambil ekspresi wajahnya seperti orang kecapekan. Eh, nggak pake basa-basi, doi langsung curhat. Sambil ngos-ngosan pula. Yang katanya bolak-balik Malioboro atau apa gitu, yang endingnya gue nggak mudeng. Ya, gue cuman manggut-manggut aja sama Mas Dwi. Gue yakin, Mas Dwi juga gagal paham.

23. Wawan Sidik Supranowo


Hadeh, akhirnya setelah melewati proses yang panjang, tiba juga di gue, manusia paling kece seantero raya. Manusia dengan kegantengan yang maksimal, limit edition dan diskon 90 persen. Lhoh!?
Ya, maklumin aja kalau gue lagi mbangga-mbanggain diri sendiri. Habisnya, siapa lagi coba yang mau mbanggain gue?

Jujur, seneng banget bisa ketemu sama kalian. Punya kenalan baru, dapet kecengan baru. Walau cuma dua hari, mungkin itu udah kehendak Ilahi. Pun katanya, kalau ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Makanya, kalau ada perpisahan, harusnya saling mendoakan. 

Meski manusia adalah makhluk yang paling sempurna, gue percaya, akan selalu ada keterbatasan yang menyelubunginya. Bahkan, saat kita berhasil menembus suatu batasan itu, selalu ada batasan yang lain lagi. Lupa... itulah yang bisa saja terjadi oleh siapa pun, manusia mana pun, di mana pun, dan kapan pun. Oleh karena itu, sengaja tulisan ini gue buat agar kita bisa sama-sama ingat.  Sama-sama nggak lupa bahwa kita pernah punya kenangan yang sama. Kenangan indah yang tak akan terlupa.

 Tapi langkah kita nggak hanya sampai di sini, bukan? Terus menerus tidur dan melayang bersama kenangan yang indah-indah tadi? Kita masih selalu ada asa dan cita-cita. Masih terus menjalani hidup dan berjuang. Apa pun yang akan terjadi pada nantinya. 

Kita semua punya passion yang sama. Bukan saling menjatuhkan, tapi saling mendukung. Ya, atmosfer ini... greget menulis ini... semoga terus bertahan. Sampai kita berhasil bersama-sama suatu saat. Aamiin....

Saatnya KF12 unjuk gigi...!