O, sang Pemahat Topeng
Berhentilah bicara atau mulutmu akan keropeng
Kaupikir kau meyakinkan?—berdalih layaknya ucapanmu sahih?
"Sudah takdirku begini," katamu
"Aku butuh kebebasan," lanjutmu
Persetan!
Bibirmu selicik anak panah—beracun getah
Ramah! Padahal meletup-letupkan air kawah
"Justru seperti itulah aku pasrah," kau berkilah!
Ah, sudahlah...
Kutahu hujan tak lagi membuatmu basah
Lihat saja, sebentar lagi kau pasti akan mencari Tuhan
Pada rasa di ujung-ujung tanduk kegelisahan
"Ya, Tuhan, tolonglah aku," katamu nanti.
Tak kenal waktu, tak tahu malu
"Aku kini sudah bertaubat, Tuhan," seperti itu, raungmu tak henti-henti
Aku malu menatapmu—sungguh!—kau tahu itu
Senyummu kini tak tampak bahagia
Kedipan mata tak lagi ada
Parit-parit kening pun telah sirna
O, sang Pemahat Topeng—buanglah pahatanmu segera
Astaga... kau bahkan memakainya saat aku sedang berkaca!?
Semarang, 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar