Kau
datang saat pekat tertaut dalam belikat
Sedari
lama, jauh sebelum hari melindapnya cahaya
“Hei,
lihat,” katamu menggarit malam
Bulan
meronta karena kalah jelita
Telunjukmu
mengarah ke langit yang sengit
Bersamaan dengan
waktu yang tersesap pahit
“Itu
namanya Rasi Bintang Biduk,” jelasmu
Teruntuk para sesat sebagai penunjuk
Teruntuk para sesat sebagai penunjuk
Ah, seperti kunci, pikirku
Lalu
aku menamainya kunci hati
Tatkala
menunjukkannya, senyummu meleburkan luka
Meski
di saat itu pula malam merona pesona
Tak
kuduga, pintuku pun menjadi terbuka
Kunci langit, kataku
Kunci
yang teruar dari gugusan kata-katamu
Kulantangkan, "Aku menginginkanmu."
Kau
tersipu…
Rasi
kunci menjadi saksi bisu
Kita
bercumbu
Dalam kelam malam yang ambigu
Dalam kelam malam yang ambigu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar